Kanker bisa menyerang setiap inci tubuh kita, baik di luar maupun dalam. Beragam juga jenis kanker bisa kita temui. Misalnya kanker usus khususnya usus besar. Jenis kanker yang biasa diderita oleh pria ini menempati urutan ketika setelah kanker prostat dan kanker paru-paru. Pada wanita, peringkat tiga juga disandang kanker usus besar setelah kanker payudara dan kanker paru-paru.
Secara global, menurut National Cancer Institute, terdapat sekitar 850 ribu kasus baru setiap tahun dan lebih dari 500 ribu kematian terjadi akibat kanker usus besar atau colorectal cancer. Meski belum ada angka pasti, menurut data dari Departemen Kesehatan, jumlah kasus ini di Indonesia mencapai 1,8 jiwa per 100 ribu penduduk.
Kombinasi Faktor
Kanker usus merupakan tumor ganas yang mengenai dinding usus halus dan dinding usus besar (kolon). Bila makan besar, tumor ganas ini bakal menutupi seluruh lumen (isi) usus. Akibatnya, timbul penyumbatan (obstruksi), sehingga pasien tidak bisa buang air besar dan merasa kembung.
Tumor ganas ini, menurut, dapat menyebar ke organ sekitar secara langsung (perkontinuitastum). Bisa juga menyebar jauh melalui pembuluh darah dan pembuluh limfa. Kanker usus yang paling banyak berlokasi di daerah rektosigmoid (usus besar bagian bawah kiri). Dan, kanker jenis ini dapat menyerang siapa saja.
Berdasarkan perkembangannya, kanker usus besar atau Kanker Kolorektal ( KKR ) dikategorikan dalam tiga kelompok, yaitu kelompok yang diturunkan ( kurang dari 10 persen kasus KKR ), kelompok sporasi ( sekitar 70 persen ) dan kelompok familial ( mencakup 20 persen ).
Intinya kanker dapat timbul karena penderita punya riwayat kanker usus dikeluarganya. Penderita juga pernah terkena radang usus ( inflammatory bowel disease ) seperti kolitis ulseratif dan penyakit crohn, polip sus, umur di atas 45 tahun ( dapat juga terjadi di usia muda ), serta kurang asupan serat sayuran dan buah-buahan.
Kanker usus besar atau Kanker Kolorektal pada dasarnya merupakan kombinasi antara faktor lingkungan dan genetik. Faktor lingkungan yang beragam itu beraksi terhadap kondisi genetik yang sudah ada dan mengakibatkan munculnya kanker usus besar.
Deteksi Dini Penting
kesembuhan kanker tergantung dari derajat atau stadiumnya. Dan yang paling penting penyakit kanker usus harus dideteksi sesegera mungkin. Secara umum deteksi dini, dapat dilakukan pada dua kelompok, yakni populasi umum dan kelompok risiko tinggi. Deteksi dini pada populasi umum dilakukan dapat dilakukan oleh individu berusia di atas 40 tahun.
Kecurigaan perlu ditingkatkan bila anda menemui keadaan seperti munculnya keluhan lemah letih, sakit perut, kembung, diare beradarah dan kronis (lebih 15 hari) dan rasa tidak enak di perut. Apabila bila ada benjolan di perut, buang air besar berdarah banyak dan kronis, sakit perut tidak dapat buang air besar, berat badan turun, makin kurus, nafsu makan berkurang, pucat atau mengalami anemia, demam dan keluhan-keluhan tersebut tidak menunjukkan gejala membaik, segeralah periksakan diri anda.
Beberapa pemeriksaan penunjang yang umum dilakukan ialah foto perut, ultrasound CT-scan, barium enema dan yang paling bermanfaat adalah kolonoskopi atau peneropongan bagian dalam usus. Untuk diagnosis atau menduga apakah tumor atau kanker sudah mulai ada, biasanya dilakukan standar pemeriksaan dengan biopsi atau pengambilan contoh jaringan dan patologi anatomi (anatomi sel).
Pencegahan Kanker Usus
Tentu saja cara jitu menyelesaikan setiap penyakit adalah mencegahnya dan menghindari faktor risiko hal yang sama berlaku pada kanker usus. Karena itu, bila ada faktor keturunan (genetik) dalam keluarga, penyakit poliposis usus, harus rajin memeriksakan diri. Pemeriksaan biasanya dapat dilakukan dengan kolonoskopi secara berkala.
Mereka yang mempunyai keluhan usus, tetapi tidak memiliki faktor risiko atau pasien umum, dianjurkan menjalani pemeriksaan darah samar pada tinja (fecal occult blood test) dan kolonoskopi (teropong usus).
Selain itu, pola hidup sehari-hari harus sehat, tidak stres, mengonsumsi makanan dan minuman yang bersih dan bergizi seimbang, terutama sayur serta buah-buahan yang kaya vitamin dan mineral yang bersifat antioksidan dan antikanker. Dan jangan lupa perbanyak lah minum air putih!
Banyak Makan Serat
Sembelit pun dapat dikatakan sebagai salah satu gejala kanker usus, terutama yang berlangsung kronis. Kerap kali penyakit ini disebabkan oleh kurangnya asupan serat.
Penelitian European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition (EPIC) pada Maret 2003 mengungkapkan fakta, peningkatan konsumsi serat pada masyarakat Eropa dapat mengurangi risiko pembentukan dan terjadinya kanker usus hingga 40 persen. Penelitian ini dilakukan di 10 negara selama hampir lima tahun dan melibatkan 519.978 orang dengan usia responden 25-70 tahun.
Orang yang tidak pernah atau jarang mengonsumsi serat, sisa-sisa makanan yang tidak terserap tubuh akan berhenti dalam usus. Akibatnya, ia akan merasa sakit dan sulit buang air besar. Sisa-sisa makanan ini akan berhenti cukup lama sampai terbentuk bulk atau bubur. Sehingga usus bisa membawanya ke bawah. Jika sama sekali tidak ada atau hampir tidak ada serat yang masuk, sisa makanan tidak akan terbentuk menjadi bulk.
Karena itu, bila kita mendengar ada orang tidak buar air besar selama tiga hari, bisa jadi ada gangguan dalam ususnya. Pada kejadian sembelit yang sudah sangat kronis, tinja biasanya sangat keras dan tak bisa lagi dibuang dengan cara normal. Kejadian ini akan makin berbahaya bila kita tetap mengonsumsi makanan penuh racun seperti pengawet, pewarna, penguat rasa ( mono sodium glutamate) dan lainnya. Racun-racun tadi akan mengubah sel-sel tubuh menjadi tidak normal dan timbulah kanker.
Karena itu, banyak-banyaklah makan sayur dan buah supaya tidak kena kanker usus.
Komentar Terakhir