Tahukah Anda jika laju angka penderita HIV AIDS di Indonesia paling tinggi di Asia? Bukannya suatu hal yang harus dibanggakan. Penyebaran penyakit HIV di Indonesia tidak hanya karena jarum suntik tapi yang paling banyak adalah melalui hubungan seksual.

Di beberapa tempat, disinyalir bahwa penyebaran HIV AIDS terjadi dari ibu ke anaknya. Hal ini akibat dari ketidaktahuan sang ibu. Selain minim fasilitas ilmu, juga minim fasilitas tempat mendapatkan ilmu. Jadilah laju angka penderita penyakit HIV di Indonesia semakin hari semakin tinggi.

Tekanan Pekerjaan Penyulut Penyebaran HIV AIDS di Indonesia

Kebutuhan seks ternyata sangat tinggi, terutama di tempat-tempat yang banyak memiliki pertambangan dan perkebunan. Bukannya memaklumi bahwa pakerja yang jauh dari istri sahnya tersebut berhak membeli seks dari wanita penjaja diri. Pun tidak tidak bisa menyalahkan tekanan pekerjaan sebagai salah satu penyebab menyalurkan stres kepada penjaja seks komersial. Tapi, mau tidak mau itulah yang terjadi sehingga penderita penyakit HIV di Indonesia semakin meningkat.
HIV AIDS di Indonesia
Di wilayah Sumatera Selatan dengan angka perusahaan perkebunan dan pertambangan yang semakin menggeliat, ternyata berbanding lurus dengan tingkat pertumbuhan angka penderita HIV AIDS. Memang belum ada bukti ilmiah, tapi secara empirik dan dari sumber berita yang bisa dipercaya, mengatakan bahwa pada waktu-waktu tertentu para pekerja kebun kelapa sawit dan pertambangan, pergi ke Palembang dan mengunjungi banyak kafe yang tentunya menyediakan ‘kehangatan’ berbayar.

Tidak hanya di Sumatera Selatan, di Papua yang juga banyak pekerja yang jauh dari istrinya, juga ‘bermain-main’ dengan para penjaja ‘kehangatan’ berbayar tersebut. Hal yang sangat mengejutkan adalah adanya fakta beberapa anggota TNI yang menderita HIV AIDS. Hal ini semakin membuat miris banyak kalangan. Apalagi bagi para sukarelawan yang menangani HIV AIDS di Indonesia. Mereka sangat tahu angka yang semakin hari semakin berubah ke angka yang semakin besar.

Keterbukaan Menambah Angka Penderita HIV AIDS di Indonesia

Keterbukaan dan alam demokrasi telah membuat orang Indonesia semakin permisif. Kalangan lesbian dan homo sudah tidak malu-malu lagi menunjukkan jati diri mereka. Mulai dari kalangan bawah hingga kalangan para pesohor. Kehidupan mereka yang menyimpang tersebut, ternyata telah juga membuat angka penderita HIV AIDS meningkat. Gaya hubungan seksual yang mereka lakukan telah memasukkan mereka ke dalam ring satu dalam keadaan siaga satu pencetus pertambahan jumlah penderita penyakit HIV di Indonesia.

Pengaruh para pesohor yang terang-terangan memproklamasikan diri sebagai gay, juga membuat kalangan biasa menjadi berani menunjukkan jati diri yang sebenarnya. Kaum waria yang menjajakan diri di taman-taman kota, di bawah jembatan, di pinggir-pinggir jalan tertentu juga menjadi perhatian khusus tim penanggulangan HIV AIDS di Indonesia.

Penyuluhan, kampanye, dan pendekatan secara personal telah sering dilakukan agar HIV AIDS di Indonesia tidak cepat menyebar. Terutama ketika diketahui bahwa ada komunitas anak kucing yang dijadikan korban tidak langsung dalam hubungan tidak normal tersebut. Terutama komunitas anak kucing yang menyeruak di kota pempek, Palembang, telah membuat penggiat kampanye ‘STOP HIV AIDS’ merasa ngeri.

Komunitas anak kucing tersebut terdiri dari anak laki-laki berusia sangat muda, 10-15 tahun. Mereka secara halus termanipulasi oleh lingkungan sehingga bersedia melayani kebutuhan seks kaum yang tidak bertanggung jawab. Komunitas ini pada akhirnya bukan tidak mungkin akan menjadi salah satu pintu penyebaran HIV AIDS di Indonesia.

Pekerjaan bangsa ini semakin banyak dan terkadang tidak terbayangkan sebelumnya. Demi menurunkan angka atau bahkan menghapuskan angka penyebaran HIV AIDS di Indonesia, setiap orang yang telah tahu bahaya HIV AIDS, harus segera turun tangan saling membantu berperang melawan faktor pencetus HIV AIDS.