Harian Pikiran Rakyat Tahun 1992
Drs. HC Najmuddin HS, ahli pengobatan tradisional

Memadukan Ramuan Arab dan Indonesia

“Pengalaman guru terbaik”. Begitu kata pepatah. Keabsahan pepatah itu, barangkali, tak perlu diragukan lagi. Sebab, pengalaman sakit sekalipun, nyatanya bisa sangat berarti. Hal itu pernah dialami Drs. HC Najmuddin HS, dosen Universitas Islam Bandung (Unisba).

Bertahun-tahun, Najmuddin HS, dilanda sakit maag kronis. Berbagai obat ia telan dan dokter ahli ia kunjungi. Namun penyakitnya tak juga reda. Sekalipun sembuh, hanya sementara.
Yang lebih mengkhawatirkan lagi, penyakit maag Najmuddin komplikasi dengan liver. Malah diperparah dengan terserang tipus.

“Tapi itu cerita dua tahun lalu. Sekarang dia sehat,” kata Ny. Djamilah, istri Drs. HC Najmuddin HS. “Jika dulu ia pantang makan pedas, sekarang gule kambing sekalipun tak jadi masalah,” katanya lagi.
Sebelumnya, dari satu hari ke hari lain, Ny. Djamilah tak putus-putus mencari jalan kesembuhan suaminya. Setiap mendengar ahli pengobatan disebut orang, ia selalu mencoba berkonsultasi.

Karena tak tahan melihat keadaan suaminya, ia pernah meratap pada dokter langganannya. “Waktu itu saya bilang, agar dokter memberi obat yang paling prima, bukan yang paling mahal. Mengapa saya berkata begitu, ya lantaran obat yang paling mahal ternyata tidak menyembuhkan penyakit suami saya,” kata Ny. Djamilah, seorang wanita keturunan Arab.

Memadukan Ramuan Arab dan Indonesia

Memadukan Ramuan Arab dan Indonesia

“Beruntung, suami saya diberi kesabaran. Sekalipun harus makan bubur cair selama tiga bulan, ia tak mengeluh,” kata Ny. Djamilah, lulusan Akademi Bahasa Asing (ABA).

Pada saat Najmuddin masih membutuhkan perawatan, malah mendapat tugas belajar ke Medinah University. Ny. Djamilah, yang tidak bisa menyertai suaminya, merasa khawatir. Bagaimanapun kepergian suaminya bukanlah untuk istirahat mencari suasana tenang, tapi menghadapi tugas berat.

Setelah beberapa lama Drs. HC. Najmuddin di Timur Tengah, Ny. Djamilah mendapat kabar yang sama sekali di luar dugaannya. Dengan penuh suka cita, suaminya mengabarkan mengalami kesembuhan total.
“Sungguh saya tidak menyangka. Bahkan, suami saya bisa mengobati teman-temannya di KBRI Saudi Arabia,” kata Ny. Djamilah.

Kesembuhan Najmuddin, dimulai dari ketidaksengajaan. Ketika tengah jalan-jalan, lelaki kelahiran Sukabumi itu, menemukan kitab dengan judul “Pengobatan Rasulullah”, di sebuah toko buku.
Pada saat senggang, Najmuddin mempelajari kitab itu. Kadang ia konsultasi dengan paman istrinya yang berada di Arab. Dari paman istrinyalah, Najmuddin mendapat beberapa petunjuk bahan baku obat yang dibutuhkan, seperti tertulis dalam kitab.

Bukan hanya mempraktekkan ramuan di kitab itu yang dikerjakan Najmuddin. Sebelum berangkat ke Medinah, ia pernah mempelajari pijit refleksi dari sebuah buku. Perpaduan antara ramuan dengan pijitan, ternyata membuahkan kesembuhan.

“Sepulang dari Medinnah, suami saya mempraktekkan pada kawan-kawannya di Unisba. Alhamdulillah, banyak yang sembuh. Penyakit mereka rata-rata sama dengan yang pernah dialami suami saya, bisa cepat diatasi,” ujar Ny. Djamilah, yang kini bersama suaminya membuka praktek pengobatan tradisional di Gg. Pesantren, Jl. Pagarsih Bandung.

Pengakuan Ny. Djamilah, suaminya kini sanggup mengobati beberapa penyakit. Konon, menyembuhkan maag hanya memerlukan waktu sepuluh menit, setelah minum ramuan. Kecuali amandel, ginjal, lever, hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, gula bahkan HIV AIDS, memerlukan waktu. Ambeien, reumatik, keputihan kata Ny. Djamilah, termasuk penyakit yang gampang disembuhkan.

“Kami tidak melakukan operasi, sekalipun penyakitnya kanker payudara,” ujar Ny. Djamilah, yang membantu suaminya dalam mendiagnosa pasien.

Ramuan obat-obatan yang digunakan Najmuddin, merupakan paduan rempah-rempah Timur Tengah, seperti rumput Fatimah dan akar-akaran khas Indonesia. “Saya jamin tidak berbahaya sekalipun diminum bayi dan tidak mengandung bahan kimiawi,” kata Ny. Djamilah.

Kemampuan lain yang dimiliki suami Ny. Djamilah, menyembuhkan penyakit problematika seks. Terutama impoten (lemah syahwat). Pengobatan penyakit itu, selain diberi ramuan khusus campur disertai pula pijitan.
Orang terserang penyakit maag, kata Ny. Djamilah, disebabkan karena orang lupa kewajiban. “Tuhan tidak semata-mata menyediakan makanan bila bukan untuk kesehatan umat-Nya juga. Dan kita meski ingat, makan bagi umat Islam merupakan ibadah. Jadi, bila kita melupakan nasi, artinya kita melupakan sebagian kewajiban beribadah,” kata Ny. Djamilah.

Selain masih aktif mengajar di Unisba, Drs. Najmuddin dengan seorang adiknya, mengelola Darul Ikhsan, pesantren modern di tempat kelahirannya. Semesta kenyataan hidup ini adalah kesibukan berbuat menurut Allah SWT, semoga kita pun demikian adanya. Amin. (A Bakrie/”PR).

Liputan Harian Pikiran Rakyat Tahun 1992

Liputan Harian Pikiran Rakyat Tahun 1992