Liputan Harian GALA Maret 1991
Drs. H.C. Najmuddin HS & Ny. Djamilah

Dakwah melalui pengobatan tradisional
Upami palay enggal damang, Bapa kedah taat ka Allah. Ari tuang the salah sawios parentah Allah. Upami Bapa alim bae tuang, hartosna Bapa mungpang kana parentah-Na.” (Kalau ingin segera sembuh, Bapak mesti taat akan perintah Allah. Makan itu perintah Allah. Kalau Bapak nggak mau makan, artinya Bapak ingkar terhadap-Nya).” Tutur Ny. Djamilah kepada pasiennya yang mengidap TBC ketika disaksikan di kamar praktiknya, Jl. Pagarsih Gg. Pesantren 143/88 Bandung, Kamis 3 Maret.

Kalimat itu tidak cuma diucapkan kepada para pasien tertentu, setiap pasien yang mengidap penyakit apapun serta dari kalangan manapun senantiasa diperingatinya deimikian. Mengapa? Sebab, “Tidak mungkin anak Adam menjadikan perutnya sebagai sarang penyakit. Karena itu, isilah perut / lambung dengan 1/3 makanan, 1/3 air dan 1/3 gas (untuk bernafas)!” ungkap Ny. Djamilah mengutip apa yang dikatakan Nabi Muhammad SAW di dalam haditsnya.

dakwah melalui pengobatan tradisional

dakwah melalui pengobatan tradisional

Seperti suaminya, Drs. H.C. Najmuddin HS, dalam setiap praktik pengobatan tradisional itu Ny. Djamilah selalu menyelipkan nasehat-nasehat keagamaan. Bahkan setiap waktu shalat, semua pasien yang beragama Islam ia ajak shalat berjamaah dengan suaminya sebagai imam. Hasilnya, pasien yang jarang atau malah tak pernah shalat, menjadi rajin beribadah. Suami istri yang biasanya sering bertengkar, menjadi harmonis. Seorang anak yang sebelumnya badung menjadi anak taat kepada orangtuanya, dan begitu selanjutnya.
“Praktik pengobatan yang saya lakukan, sebenarnya adalah bagian dari dakwah,” ujar suami istri itu seraya mengakui bahwa semua hasil dari praktik pengobatannya digunakan untuk membiayai pembangungan Pesantren “Darul Ihsan” yang berlokasi di Kampung Cimanggu, Desa Ciheulang, Cibadak, Sukabumi.

Dijelaskannya pula, disamping dakwah ia pun mengemban “misi kemanusiaan” di muka bumi ini. Artinya, muslimin wal muslimat itu telah bertekad menjawab tantangan jaman yang kini nyaris seluruhnya meradang digerogoti gangguan pencernaan akibat ulah manusia yang “memanjakan” perutnya dengan makanan-makanan yang berunsur kimiawi.

Jadi, “Insya Allah, penyakit-penyakit semacam maag, tumor, amandel, impoten, lever / hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C, diabetes, reumatik, keputihan, ginjal batu/cuci darah, ambeyen, prostat, paru-paru, darah tinggi, epilepsy dan sebagainya itu dapat kami sembuhkan. Tak terkecuali HIV AIDS yang amat dikhawatirkan”. Jelasnya.

Dan yang tak kalah pentingnya, misi kemanusiaan itu berarti memberi jalan ke luar kepada mereka yang berkeberatan atas semakin hebatnya biaya pengobatan di rumah-rumah sakit. “Kami bersedia melayani pasien yang benar-benar tidak mampu secara gratis,” lanjutnya.Namun katanya, jarang sekali pasien yang mau dilayani secara cuma-cuma. Toh harganya relatif. Sendiri yang senilai Rp. 15 hingga Rp. 30 ribu per paket.

Mengenai lamanya pengobatan bergantung kepada jenis penyakit yang diderita pasien. Yang jelas, ongkos pengobatan pasien dari awal sampai sembuh akan jauh lebih hebat jika dibandingkan dengan biaya cuci darah di rumah sakit misalnya. “Tentu saja, soal kesembuhan ditentukan oleh Allah Yang Maha Kuasa!” Hajjah yang bersuamikan Dekan Fakultas Syariah Unisba itu. Semesta kenyataan hidup ini adalah kesibukan berbuat menurut Allah SWT, semoga kita pun demikian adanya. Amin. (ram/cw)

Liputan Harian GALA Maret 1991

Liputan Harian GALA Maret 1991